oleh : Darto, S.Pd
Tahun Ajaran Baru 2024/2025, sudah dimulai sejak 15 Juli 2024. Dalam penilaian kinerja di PMM, Ada dua tema besar yang akan dilakukan guru guru SMP N 3 Depok dalam perbaikan kualitas pembelajaran yakni :
- Membangun suasana kelas yang kondusif untuk proses belajar.
- Menerapkan Disiplin Positif di Sekolah
Untuk memberikan gambaran dua tema tersebut, akan dibuat dalam dua tulisan yang bersumber dari :
- Bpk. Moch. Edris Effendi, S.T, Direktur Pendidikan Al Uswah Surabaya
- Ibu Dedeh Komalasari, S.Pd AUD, M.Pd
(Dosen Universitas Majalengka (UNMA), Anggota BAN PDM Jabar, FSP Angkatan 3) dimuat di; kunimnganmas.com
Kunci menciptakan suasana kelas yang kondusif
Ada empat Kunci menciptakan suasana kelas yang kondusifTantangan dunia pendidikan di masa pandemi ini sungguhlah berat, terutama dirasakan oleh para pendidik. Kepercayaan orang tua terhadap layanan pendidikan yang diberikan oleh pihak sekolah kepada putra/putrinya menjadi pertaruhan yang harus dijawab oleh para pendidik. Tugas para guru bukan saja menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan, tapi juga harus menguasai berbagai media yang dibutuhkan saat para siswanya belajar dari rumah masing-masing. Kemampuan guru untuk menghadirkan suasana belajar yang kondusif sangat diperlukan, walaupun hal itu tidak mudah dilakukan terlebih disebabkan mereka tidak bisa bertemu secara langsung. Ketuntasan hasil belajar semua siswa meskipun layanan pembelajaran gurunya dengan moda daring harus tetap diupayakan. Para guru perlu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menjadikan siswanya bisa lebih aktif dan mampu menguasai materi yang dipelajari dengan baik. Dua hal inilah yang akan menjadi topik pembahasan pada artikel kali ini.
Menciptakan suasana belajar menjadi kunci utama dalam menyukseskan misi pendidikan, baik suasana belajar di sekolah maupun di rumah. Bahkan suasana belajar ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap capaian hasil belajar siswa. Empat kata kunci untuk bisa mengupayakan suasana belajar yang aktif dan bermakna bagi siswa.
Kunci pertama adalah Individualisasi. Kita mengetahui bahwa pada hakikatnya setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri. Allah SWT menciptakan mereka dengan kondisi yang pasti beragam, baik dari sisi fisiknya, sifatnya, kecenderungan, dan lainnya. Keunikan ini kalau dihubungkan dengan proses belajar bisa difahami dari modalitas dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang lebih cenderung ke visual, auditori, dan juga kinestetik. Kesukaan siswa terhadap materi pelajaran juga beragam, ada yang lebih suka dengan hitung-hitungan tapi kurang suka dengan seni dan olahraga, dan begitu pula sebaliknya. Faktor kesukaan ini yang pada akhirnya berpengaruh terhadap capaian hasil belajar mereka. Begitu pula kondisi psikologis siswa yang bisa jadi berubah-ubah setiap harinya. Keunikan siswa ini yang harusnya diakomodir oleh guru dengan cara memberikan perlakuan atau kegiatan yang sesuai kondisi mereka. Ragam aktifitas yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran merupakan bagian dari cara kongkret untuk mengakomodir keunikan siswa ini. Guru juga terus berusaha untuk menciptakan peluang bagi siswanya agar semakin melejit prestasinya. Ada siswa yang terlambat di satu pelajaran, tetap punya peluang besar untuk meraih prestasi di pelajaran lainnya.
Kunci yang kedua adalah Interaksi. Suasana belajar akan berpotensi menjenuhkan ketika dilakukan satu arah. Misalnya guru lebih banyak ceramah di hadapan siswa, sehingga materi itu hanya satu arah dari guru ke siswa. Jika kondisi belajarnya demikian, maka akan membuat siswa kurang nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Mereka kurang mendapatkan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan. Apalagi jika cara menjelaskan gurunya kurang bisa difahami, akan membuat siswa semakin bosan dan berdampak pada rendahnya minat belajarnya. Kita meyakini bahwa sumber belajar itu bukan hanya terpusat dari gurunya. Siswa bisa belajar dari teman-temannya, bisa juga dari sumber belajar lainnya seperti buku, lingkungan sekitar, dan media belajar lainnya. Menguatkan interaksi siswa dengan gurunya yang dibuat dua arah, interaksi siswa dengan siswa lainnya, interaksi siswa dengan materi pelajaran akan membuat hasil belajar semakin optimal. Pola interaksi yang multi arah seperti ini selain membuat suasana jadi lebih hidup, peluang untuk semua siswa mampu meraih kesuksesan bersama juga semakin besar. Aktifitas belajar yang multi arah juga memberikan pengalaman tersendiri bagi siswa untuk menjadi pembelajar yang baik. Ada kalanya siswa kita akan lebih memahami materi pelajaran ketika mendapatkan penjelasan dari temannya, dibandingkan penjelasan dari gurunya. Beragam aktifitas yang bisa diupayakan guru untuk membuat suasana belajar jadi multi arah dan tetap bisa dilakukan di ruang virtual seperti diskusi kelompok, tanya jawab, bermain peran, demonstrasi, saling memberikan tanggapan, dan lain-lain.
Kunci yang ketiga adalah Observasi. Tugas guru bukan hanya menyampaikan materi kepada siswa atau menghabiskan bab yang ada di buku sesuai promes yang sudah dibuat. Usaha untuk memastikan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang pelajari juga menjadi hal penting yang harus diupayakan oleh setiap guru. Apalagi jika guru mengupayakan beragam aktifitas dengan menggunakan berbagai strategi dan model pembelajaran, maka proses untuk memastikan setiap siswa bisa memahami materi dengan baik menjadi kebutuhan yang harus diprioritaskan. Jangan sampai apa yang kita kuatirkan di awal tadi menjadi kenyataan, yakni siswa aktif dalam pembelajaran, ternyata tidak bisa memahami materi dengan baik. Cara yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses observasi ini adalah berusaha mengamati capaian siswa selama mengikuti rangkaian kegiatan di kelas. Hasil pengamatan akan semakin valid dan objektif ketika guru menyiapkan rubrik untuk menyimpulkan datanya. Proses ini juga bisa dijadikan sebagai asesmen dalam proses pembelajaran. Asesmen seperti ini sering kita sebut dengan istilah penilaian formatif. Ketika guru mengetahui kondisi capaian siswanya, maka data itu bisa dijadikan sebagai bahan masukan atau evaluasi bagi sang guru tentang cara pengajarannya. Guru juga bisa memanfaatkan hasil observasinya itu untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, karena beliau akhirnya mengetahui aspek apa saja yang perlu diperbaiki lagi. Keterampilan guru dalam mengelola ruang kelas virtual semacam zoom sangat diperlukan agar memudahkan beliau dalam melakukan observasi ini. Pemanfaatan menu rekaman (record) juga akan sangat membantu aktifitas ini.
Kunci yang keempat adalah Refleksi. Parameter kesuksesan hasil belajar siswa bukan hanya diukur dari berapa nilai yang didapatkan oleh siswanya. Tapi hal yang lebih penting dan tentunya lebih bermanfaat adalah apa yang bisa mereka perbuat dalam kehidupannya setelah mereka selesai belajar. Artinya hasil belajar siswa di kelas diharapkan memberikan dampak terhadap perubahan sikap dan perilaku mereka dalam kehidupannya. Itulah gambaran dari proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Maka di setiap akhir pembelajaran, hendaknya setiap guru mengupayakan ada tahapan untuk mengajak siswa mengambil hikmah dari aktivitas yang sudah dilakukan. Kemudian mereka diajak untuk merencanakan tindak lanjutnya, berupa rencana aktifitas yang bisa dilakukan dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa bisa menuliskan di buku pribadinya atau menuliskan di layar zoom yang sudah disiapkan oleh gurunya. Diusahakan rencana aktifitas tersebut adalah berdasarkan usulan siswa sendiri, bukan ditetapkan oleh gurunya. Dengan demikian, siswa akan lebih bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dituliskannya tersebut. Tahap refleksi ini sebagai jembatan antara pengalaman belajar siswa di bangku sekolah dengan perubahan sikap dan perilaku yang akan mereka upayakan di lingkungan tempat tinggalnya. Ketika Pemerintah sedang berusaha menguatkan pendidikan karakter, maka tahap refleksi ini menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan misi baik tersebut.
Menerapkan prinsip disiplin positif untuk mengelola perilaku dan kebiasaan kelas yang disepakati bersama.
Dalam tulisan : Dedeh Komalasari, S.Pd AUD, M.Pd (Dosen Universitas Majalengka (UNMA), Anggota BAN PDM Jabar, FSP Angkatan 3) dimuat di; kunimnganmas.com
Tiga Prinsip Disiplin Positif
Makna disiplin sering disalah artikan sebagai bentuk kepatuhan. Makna sesungguhnya dari disiplin adalah regulasi diri. Dalam perkembangan pendidikan saat ini, Disiplin positif dapat diartikan sebagai cara untuk menerapkan sikap disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak mandiri melakukan sesuatu tanpa iming-iming hukuman, sogokan, ancaman, maupun hadiah. Prinsip disiplin positif yaitu tentang menumbuhkan kesadaran internal dan bukan kontrol dari luar/ eksternal.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan kesadaran diri yang bisa memunculkan kesadaran internal dengan menyentuh titik dari setiap anak yaitu manfaat, kebanggan, makna, tantangan, pertanyaan yang menggugah kesadaran, minat/pasion, tujuan hidup, kesenangan, keyakinan, kebutuhan
Prinsip dari Disiplin positif
- Konsekuensi logis bukan hukuman. Konsekusi logis terdiri dari unsur related yaitu berhubungan dengan perilaku, harus menjaga harga diri, sesuai dengan usia, dan harus membantu siswa untuk memperbaiki diri jangan sampai menimbulkan efek samping. Konsekuensi logis yang bisa dirumuskan bersama dengan anak yaitu jika merusak maka konsekuensi logisnya diperbaiki, jika mengabaikan kewajiban maka kehilangan hak, jika melakukan sesuatu yang berulang akan diberikan jeda/positif time out
- Koneksi sebelum koreksi dalam penerapan disiplin positif. Tidak bereaksi langsung dalam suatu kejadian, mengeluarkan perintah dan melarang dalam bentuk ceramah. Sebelum melakukan itu semua hendaknya membangun koneksi dulu. Salah satu tekniknya yaitu dengan melakukan sapaan hangat, menyebutkan nama, memabangun koneksi dengan gesture tubuh, gerak maupun mimik muka, memvalidasi emosi dengan cara menanyakan kondisi, membangun kepercayaan, memberikan perhatian atau kepedulian, mau mendengarkan dengan cara mendengar aktif ketika mereka berbicara.
- Memahami bukan menghakimi, prinsipnya dalam penerapan disiplin positif. Biasanya menghakimi didasari oleh emosi, sedangkan memahami akan coba dengan cara menanyakan alasanya. Fokus memahami pada akar dari perilakunya. Mencoba menggali sebagai bentuk pemahaman bahwa Tindakan hanya sesuatu yang ditampakan seperti gunung es yang kedalamanya perlu digali. Apa yang melatar belakangi sebuah kejadian baik di alam bawah sadarnya maupun dalam kesadaran penuh seseorang. Menemani dengan memberi atensi seperti tetap mendampingi sesuai kebutuhan.