TUAH KARPET HIJAU
oleh : Darto, S.Pd
Bagi sebagian orang menjadi kepala sekolah adalah sebuah kesempatan baik yang ditunggu tunggu. Namun bagi Pak Darto, menjadi kepala sekolah adalah saat yang penuh dilema, apalagi waktu penugasan di saat tenaga dan pikirannya dibutuhkan untuk pembekalan khusus bagi anak-anak yang akan mengahadapi Ujian Nasional saat itu. Pak Darto mengajar matematika salah mata pelajaran yang diujikan, namun harus ditinggalkan untuk bertugas sebagai kepala sekolah di SMP N 3 Depok pada bulan maret 2018, setelah 14 tahun mengajar di SMP 4 Pakem, sekolah lamanya.
Setelah bertugas di SMP Negeri 3 Depok Pak Darto mengamati situasi, kondisi dan aktivitas siswa, guru, dan karyawan saat kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain. Tidak luput juga pengamatan keadaan saat istirahat pertama maupun kedua. Jumlah siswa SMP N 3 Depok tempat Pak Darto bertugas ada sekitar 384 orang dengan jumlah guru dan karyawan 34 orang. Masjid dan kegiatan siswa didalamnya menjadi fokus pengamatan Pak Darto. Kurang lebih satu minggu pengamatan dilakukan mendapatkan kondisi saat istirahat pertama dan kedua masjid kosong atau hanya bebrapa murid dan guru yang beraktivitas. Padahal sekitar 90% nya adalah muslim maka pada saat istirahat seharusnya masjid akan penuh. Pengamatan dilanjutkan dengan investigasi, mengapa para murid, tidak memanfaatkan masjid untuk berkegiatan saat istirahat, Diperoleh jawaban masjidnya kotor, tempat wudlunya terbatas dan airnya tidak lancar, karpetnya kotor, keras dan bau, terkadang tidak ada guru yang mau jadi imam. Jawaban itu dicoba untuk dikonfirmasikan dengan guru dan karyawan. Diakui bahwa karpetnya sudah terlalu lama, yakni sejak masjid berdiri tahun 2000, belum pernah ganti, dan jarang dicuci mungkin setahun sekali. Pada saat istirahat teramati juga banyak siswa berkumpul di luar sekolah untuk nongkrong bahkan merokok di kantin luar sekolah. Ketika bel masuk berbunyi pertanda waktu istirahat telah habis mereka tidak segera bergegas masuk namun seperti menuggu guru datang mengoprak-oprak. Kurang disiplinlah pokoknya.
Pada Akhir bulan April pengamatan masih dilanjutkan. Saat itu Ujian Nasional dilaksanakan. dan bulan Mei diumumkan hasilnya SMP N 3 Depok, menempati peringkat 16 dari 54 SMP Negeri di Sleman. Saat itu seperti dua keadaan yang sangat kontras, yakni SMP N 4 Pakem sekolah lama dan SMP N 3 Depok sekolah baru. Di satu sisi sudah terkondisi tempat yang ditinggalkan dan di sisi lain masih butuh efort untuk pengkodisian. Pada tahun 2018, kebetulan puasa mulai dilaksanakan 17 Mei 2018, sehari sebelum puasa Pak Darto mencoba menarik benang merah hubungan antara perilaku siswa dan guru saat istirahat dengan hasil Ujian Nasional. Menghasilkan dugaan kurangnya pemanfaatan waktu istirahat untuk beraktifitas di masjid menyebabkan perilaku anak kurang kondusif dan hasil Ujian Nasional kurang memuaskan. Dari dugaan ini Pak Darto merancang gerakan infaq romadhon untuk pembelian karpet masjid yang bagus, empuk, dan mudah dibersihkan. Beberapa guru pesimis untuk dapat mengganti karpet, dan cenderung apatis. La wong yang kurang bagus hasil Ujian Nasional kok dijawab gerakan infaq untuk beli karpet, Jaka sembung pegang barang, gak nyambung sayang. Dengan dibantu waka kesiswaan Pak Purnomo saat itu program tetap dilaunching. Alhamdulilah selama romadhon sampai idulfitri dan menjelang pelepasan kelas 9, berhasil mengumpulkan total dana Rp 47.000.000. Setelah dana itu terkumpul masih ada guru yang belum dapat menerima cara ini, inginnya uang tersebut dipakai saja untuk kegiatan akademik seperti biaya kegiatan PPM, semacam les lah. Sikap ini diperkuat dengan rasa enggan untuk segera membeli karpet karena mungkin merasa owel,dan tidak nyambung dengan kegiatan Ujian Nasional.
Mrs.D, sebagai guru yang cukup senior, mengawali pembicaraan. “ Pak Darto, apa gak sayang uang sudah terkumpul tapi malah kok tidak untuk kegiatan yang langsung menyentuh anak secara umum, hanya untuk siswa muslim saja yang bisa merasakan, kalau untuk les tambahan mata pelajaran kan semua biasa tersentuh, tanya Ms.D. Mendapat pertanyaan seperti itu Pak Darto pun menjelaskan bahwa uang untuk beli karpet itu juga bisa dirasakan oleh semuanya, termasuk siswa non muslim. Kok bisa, sergah Mrs.D, Ya bu…., dengan karpet yang nyaman kegiatan motivasi untuk semua siswa menjadi dapat dilaksanakan di Masjid, tanpa membedakan agama, demikian juga pertemuan orang tua yang membahas masalah perkembangan anak pun dapat dilaksanakan di sana, terang pak Darto pada Ms. D. Akhirnya Pak Darto sebagai kepala sekolah berangkat sendiri mencari karpet sebagai bentuk pertannggung jawaban atas gerakan infaq karpet romadhon. Dengan dana tersebut dapat untuk membeli 6 shaf karpet warna hijau,yang tebal, dan empuk dengan ukuran masing masing 14m. Tahun Pelajaran 2018/2019 dimulai. Tampak antusias siswa dan guru memanfaatkan masjid sebagai tempat kegiatan. Saat istirahat pertama mulai banyak siswa yang menajalankan sholat duha, dan istirahat kedua jamaah sholat dluhur. Urusan kurikulum mengkondisikan dengan jadwal istirahat pertama selama 20 menit dan istirahat kedua 40 menit. Saat waktu senggang para siswa ngobrol dan nongkrongnya cukup di masjid, sehingga mudah pemantauanya.bagi sekolah.
Pembelajaran Agama Islam yang biasanya dilaksanakan di kelas menjadi dapat dilaksanakan di masjid dengan nyaman sebagai variasi tempat dari pada monoton di kelas. Orang tua mulai memanfaatkan masjid untuk bersosialisasi dan berinteraksi sembari menunggu putra putri pulang sekolah. Pertemuan orang tua dengan sekolah dilaksanakan juga di masjid, dikarenakan sekolah belum memiliki aula yang representatif. Geliat kegiatan persekolahan menjadi kondusif. Ketika pertemuan orang tua diadakan di masjid sugestinya sangat positif. Meski membahas masalah yang cukup berat misal biaya dan kondisi perkembangan anak, meraka menjadi soft dan dapat berpikir jernih jauh dari prasangka.buruk. Hari terus bergerak hingga Ujian Nasional dilaksnakan dan hasilnya SMP Negeri 3 Depok pada tahun 2019, menempati peringkat 11 dari 54 SMP Negeri di Sleman, ada peningkatan dari sebelumya peringkat 16, bahkan Masjid At-Tholibin menjadi Juara I tingkat Kabupaten Sleman pada Lomba Kemakmuran dan Kebersihan Masjid sekolah. Siswa dan orang tua merasa puas. Sebagian guru yang semula apatis menjadi mulai terbuka pikirannya bahwa Karpet Hijau membawa tuah hingga mampu mendongkrak prestasi. Situasi ini terus dimanfaatkan untuk membagun habit atau pembiasaan. Sholat Jamaah dluhur menjadi kegiatan unggulan, meskipun sekolah negeri yang pada umumnya jarang melaksanakan. Ini memberikan dampak pada orang tua merasa nyaman menyekolahkan putra putrinya di SMP N 3 Depok yang menjadikan jamaah sholat dluhur sebagai pembiasaan, mengingat meyuruh anaknya sholat pada saat itu menjadi sebuah tantangan tersendiri, sementara di SMP N 3 Depok, putra putri pulang dari sekolah sudah dijamin sholatnya.
Sebenarnya masih kurang 2 shaf lagi, Alhamdulillah ada donatur kelompok pengajian ibu-ibu dosen, yakni kelompoknya Dr. Widya dokter di UGM, salah satu orangtua murid baru kelas 7. Di pagi hari Bu Widya, bercerita bahwa anaknya yang bernama Anin, adalah pengurus OSIS. Saat itu Anin, setiap jumat mengelilingkan kotak infaq ke kelas-kelas. Kegiatan Anin tercium oleh ibunya. Anin….., kemamarin Buda lihat, kok Anin menenteng kotak infaq ke kelas kelas kenapa? tanya bu Widya.. Anin menceritakan bahwa sekolahnya kekuarangan uang untuk beli karpet masjid, sementara Anin saat itu masih kelas 7 yang baru masuk tahun 2019. Kelas 8 dan 9 akhir semester 2, bulan Juni 2018 saat itu masih kelas 7 dan 8, sudah bergerak infaq yang menghasilkan total 47 jutaan, yang berarti kelas 7 belum berpartisipasi. Mendengar penjelasan putri tercinntanya, Bu. Widya pun bergerak. Kebetulan Bu Widya mempunyai kelompok pengajian yang berlatar belakang dokter, Alhamdulillah…dimudahkan oleh Allah dan terkumpulah 18 jutaan dan diserahkan ke sekolah. Dua shaf karpet yang sama dengan karpet sebelumnya masing maing panjangnya 14 m dapat terbeli. maka pada bulan Agustus 2019, seluruh karpet masijd dapat diganti menjadi karpet yang empuk, nyaman, dan bersih.
Kondisi seperti ini sangat bagus namun kebijakan pemerintah berubah di saat pendemi melanda. Ujian Nasional ditiadakan, sehingga SMP N 3 Depok, kurang dapat mengukur prestasinya saat itu. Alhamdulilah, PPDB SMA dan SMK Negeri DIY tahun 2020, menggunakan nilai raport, nilai USBN saat SD, dan faktor akreditasi sekolah SMP. Dengan komponen seperti itu hasilnya 117 dari 127 alumni tahun 2020, berhasil masuk SMA/SMK Negeri. Sekali lagi masjid At-Tholibin dengan karpet hijaunya mampu mengantarkan prestasi para siswanya. Lomba dan Kejuaraan yang berbasis masjid seperti MTQ, Festival Anak Sholeh, dan Lomba lomba keagamaan lain banyak menyumbang medali dan prestasi bagi siswa yang dapat diperhitungkan pada saat PPDB. Lulusan menjadi mendapat Karpet Merah di SMA/SMK Favorit saat PPDB berkat karpet hijau di SMP N 3 Depok. Guru dan Karyawan yang beragama Islam, sudah menjadikan masjid sebagai tempat sholat jamaah terutama dluhur dan Ashar serta berinteraksi satu sama lain. Kepala sekolah menjadi lebih mudah dalam memberikan akses program dan kebijakan yang meningkatkan layanan pendidikan bagi civitas akademika SMP N 3 Depok.
Kegiatan yang berbasis masjid terus dijaga dan dikuatkan dengan berbagai kegiatan yang mengiringinya. Pesantren kilat bagi siswa, persiapan lomba keagamaan dilaksanakan di masjid. Dimulai tahun 2022 selepas pandemi, kesiswaan dan BK menggunakan masjid untuk kegiatan BIMESI (Bimbingan Mental Psikologi) setiap hari jumat secara bergantian setiap angkatan. Setiap habis sholat dluhur, diadakan kultum yang dikemas dengan Sari Sehad (Satu Hari Satu Hadist). Sepertinya tidak salah kalau Karpet Hijau berbuah Karpet Merah bagi siswa, guru dan kepala sekolah yang akan mengabdikan diri di SMP N 3 Depok.
Pasca pandemi dengan modal dan potensi yang ada masjid dengan Karpet hijau masih diharpakan Tuahnya dalam mengawal dan menjaga karakter putra putri SMP N 3 Depok. Akhir semester 2 tahun pelajarn 2023/2024, tepatnya bulan Februari sampai April 2024.. Bu Ratni selaku guru bimbingan konseling merenungi dan merasakan tauh Karpet hijau. Saat itu ada dua siswa yang memiliki karakter agak berbeda dengan siswa yang lain. Siswa bernama Abimanyu dan Angga. Abimanyu pendiam dengan masker yang selalu terpasang namun temperamen. Suatu hari Abimanyu bercanda dengan temannya, yang ingin membuka maskernya. Saat itu Abi panggilannya langsung marah dan mengamuk serta langsung pulang dan hampir dua minggu tidak sekolah.. Saat itu Bu Ratni mencoba mengikutinya namun mendapat perlakuan yang tidak baik dari Abi, padahal bu Ratni bermaksud baik. Di tengah keheranannya Bu. Ratni masuk masjid dan berdoa di atas karpet hijau. Ya Allah bimbinglah Anak kami Abimanyu, dan tunjukan jalan yang benar, serta lembutkanlah hatinya, hingga Dia mau masuk sekolah lagi. Hari berganti hari, doa terus dilantunkan akhir setelah 3 minggu Abi mau sekolah lagi. Setelah masuk Abi diajak bu Ratni untuk sholat dan berdoa di atas karpet hijau, akhirnya Abipun Lulus.
Berbeda dengan Abi, Angga mengalami krisis mental karena teman yang ditaksirnya ternyata lebih dekat dengan teman yang lain. Bulan April, menjelang ASPD, Angga mengalami depressi. Tidak ingin ada anak yang tercecer, Bu Ratnipun kembali berdoa mohon pertolongan Allah di Masjid di atas karpet hijau. Alhamdulillah doanya dikabulkan oleh Allah, Angga yang Depresi hingga di rawat di rumah sakit pun akhirnya sembuh, dan dapat mengikuti ujian hingga bulan Juni 2024 dinyatakan lulus. Alhamdululillah Karpet Hijau yang dibeli sekolah dengan penuh keikhlasan dari para donatur pun mampu menstabilkan emosi membimbing hati para siswa, guru, dan orangtua untuk terus mendekat pada sang Ilahi.