SMP N 3 Depok, pada tanggal 4 September 2025, mengadakan kegitan pembelajaran di lura kelas. Tempat yang dipilih adalah Diorama Arsip Jogja, yang merupakan sebuah museum dengan konsep inovasi visual yang menarik. Berbeda dengan museum pada umumnya, museum ini memadukan antara arsip, seni, dan teknologi.
Diorama Arsip Jogja mengisahkan tentang sejarah berdirinya Jogja selama kurang lebih 430 tahun dari masa Panembahan Senopati hingga menjadi daerah keistimewaan, DIY. Belajar sejarah tentang Jogja pun menjadi menarik karena dikemas kekinian dengan selera anak muda saat ini.
“Intinya dari para pegawai pemerintah yang sudah pensiun menyampaikan kalau kita ingin menyampaikan arsip ini kepada khalayak umum. Tapi kalau kita mengemasnya biasa aja, itu pasti khalayak pada bosan, misal cuma tempelan kertas pasti pada nggak tertarik,” ujar
detikjogja menulis artikel , “Main ke Diorama Arsip Jogja Yuk! Museum Estetik Bikin Sejarah Tak Membosankan” selengkapnya https://www.detik.com/jogja/plesir/d-6912248/main-ke-diorama-arsip-jogja-yuk-museum-estetik-bikin-sejarah-tak-membosankan.

Fakta Diorama Arsip Jogja, merupakan
1. Kolaborasi Kecanggihan Teknologi dan Seni
Setiap ruangan dilengkapi dengan teknologi dan visual yang berbeda-beda sesuai dengan sejarah yang ditampilkan. Di beberapa ruangan menggunakan layar LED untuk menampilkan sejarah kerajaan hingga tarian-tarian. Pengunjung seakan-akan masuk dan terbawa suasana zaman dahulu.
Selain itu, hampir di seluruh ruangan menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Di ruangan 14 sendiri menggunakan teknologi hologram, sehingga pengunjung bisa melihat karya dari dua sisi yang berbeda.
Baca artikel detikjogja, “Main ke Diorama Arsip Jogja Yuk! Museum Estetik Bikin Sejarah Tak Membosankan” selengkapnya https://www.detik.com/jogja/plesir/d-6912248/main-ke-diorama-arsip-jogja-yuk-museum-estetik-bikin-sejarah-tak-membosankan.
2. Terbagi Menjadi 18 Ruangan
Diorama Arsip Jogja terdiri dari 18 ruangan yang menjelaskan peristiwa secara urut. Masing-masing ruangan dibatasi dengan durasi. Selain itu, setiap ruangan memiliki nuansa yang berbeda-beda.
Ruangan 1-2 : Kebangkitan dan Kejayaan Mataram
Ruangan 3 : Prahara Mataram dan Intervensi VOC
Ruangan 4 : Kasultanan Jogja
Ruangan 5 : Geger Sepehi
Ruangan 6 : Puro Pakualaman
Ruangan 7 : Perang Jawa
Ruangan 8 : Lokomotif Perubahan
Ruangan 9 : Kebangkitan Elite-Elite Lokal
Ruangan 10 : Selokan Mataram
Ruangan 11 : Jogja Ibu Kota Revolusi
Ruangan 12 : Penataan Pemerintah DIY
Ruangan 13 : Jogja Kota Pendidikan
Ruangan 14 : Jogja Kota Kebudayaan
Ruangan 15 : Jogja Kota Pariwisata
Ruangan 16 : Pisowanan Ageng 1998
Ruangan 17 : Jogja dan Kebencanaan
Ruangan 18 : Keistimewaan Jogja

Setelah berkunjung ke Diorama Arsip Jogja, Sayekti menuliskan kisah dan perasaan kepada DEGADE online sbb: dituliskan oleh Setyawati Suryana Bundanya SAYEKTI:
Waalaikumsalam wr wb Pak Darto
Alhamdulillah,seru dan bagus tempatnya,dia suka sekali ada kegiatan seperti ini Pak. Disana diputarkan film pendek tentang peristiwa gempa 2006,Merapi meletus 2006,2010.
Film pendek tentang pasukan Jepang datang ke Indonesia.
Banyak diorama dan replika rel untuk mengangkut tebu dari kerja romusha.
Besok kami mau diajak Sayekti berkunjung kesana katanya biar bisa merasakan pengalaman yang dia dapatkan hari ini dari kegiatan outing class .
Maturnuwun Pak Darto dan pihak sekolah atas agenda kegiatan outing class hari ini,sudah membuat Sayekti dan teman-temannya gembira dan mendapatkan pengetahuan baru diluar sekolah.Semoga kedepannya lebih sering diagendakan untuk outing class ke tempat-tempat yang luar biasa seperti ini. Orangtua Setyawati Suryana menyampaikan “Maturnuwun Pak Darto sudah membuat anak2 gembira dan dapat pengalaman menyenangkan.
Senada dengan Sayekti, Yafi menceritakan sebagai berikut :
Assalamualaikum bapakIni barusan saya tanya Yafi. Jawabnya tadi di museum Yafi melihat sejarah cerita, replika dokumen peninggalan, dan ada diorama yg berada di museum.Museumnya bagus dan memukau. Yafi malah pingin ke sana lagi. Kapan2 saya disuruh anter, Maturnuwun🙏